Tuban, Kompas - Hingga Minggu (23/3), warga korban banjir masih bertahan di tenda- tenda tempat pengungsian di Desa Simorejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Mereka mengeluhkan gangguan kesehatan serta kesulitan air bersih dan makanan.
Sejumlah warga mengalami gangguan saluran pernapasan, diare, dan gatal-gatal. "Bagaimana tidak sakit-sakitan, kami mandi, memasak, dan mencuci juga menggunakan air banjir. Untuk masak air diinapkan (diendapkan dulu) sampai jernih," ujar Wiji, warga yang juga mengungsi di Desa Simorejo.
Persoalan lain timbul saat warga ingin memasak beras atau mi instan bantuan dermawan. Harga minyak tanah Rp 3.500 per liter, itu pun barangnya langka. "Mau buat tungku pakai kayu bakar juga basah," tutur Wiji.
Warga tidak hanya kesulitan air bersih, tetapi juga panganan siap santap dan harus bergelut dengan sakit. Warga memilih bertahan di pengungsian dalam suasana gelap bila tidak ada minyak tanah untuk ublik (lampu penerang).
Tenda yang sempit juga harus dihuni empat hingga enam orang. Bahkan ada warga yang menyediakan tempat istirahat jadi satu dengan tenda untuk sapi atau kambing mereka dengan ukuran yang lebih sempit.
Warga juga dipusingkan dengan matinya sumber ekonomi mereka, sawah atau tambak terendam dan tidak bisa diharapkan hasilnya. Ketika air disangka surut lalu warga dengan bersemangat menanam padi, dan saat sudah pemupukan kedua tanaman yang dijadikan harapan menyambung hidup terendam lagi.
Sementara mereka tidak punya keahlian lain sehingga banyak yang terjebak utang. Jalan yang ditempuh sebagai sumber ekonomi sementara di antaranya adalah mencari ikan. "Ada yang menjaring, ada yang memasang wuwu (bubu, perangkap ikan). Kalau hasilnya banyak ya dijual, kalau tidak ya dimakan sendiri sekeluarga," kata Bakir (56). Mulai surut
Sementara itu, di Kabupaten Jember, meski hujan rintik-rintik sempat turun selama beberapa jam pada Sabtu (22/3), sejak sore hingga pukul 22.00 air yang sehari sebelumnya menggenangi beberapa tempat di Desa Wonoasri, Andungrejo, Curahlele, dan Pondokrejo di Kecamatan Tempurejo sudah mulai surut. Genangan air ada setinggi lutut atau sekitar 20 sentimeter pada Minggu (23/3) pagi dan hanya terpusat pada satu dusun, yakni Dusun Kraton, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo.
Sebagian besar warga sudah mulai membersihkan rumah dari kotoran yang terseret arus air. Palang Merah Indonesia setempat dan petugas satuan pelaksana penanggulangan bencana masih menyediakan bantuan makanan bagi sebagian warga korban banjir demi meringankan beban mereka. Petugas kesehatan secara bergantian disiagakan di Balaidesa Wonoasri selama 24 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar